EMPAT SEHAT LIMA SEMPURNA
Istilah ini mengandung arti bahwa umumnya manusia disaat makan harus berkomposisikan, makanan dasar berupa nasi atau roti, kentang, sagu, atau tergantung bagaimana kebiasaan makan dan kebutuhan karbohidrat yang tepat. Kemudian selain makanan dasar ditambah lauk pauk berupa makanan yang bernilai protein tinggi seperti ikan, tempe, tahu. Sayur mayur hijau untuk kebutuhan serat dan vitamin. Ditambah dengan buah – buahan dan ditutup dengan minum susu sehingga rampung secara proposional yang disebut dengan empat sehat lima sempurna.
Karena memang tubuh manusia berasal dari sari pati tanah[1], maka tidak heran jika manusia juga cenderung akan sesuatu yang bermuara di tanah, tapi kecenderungan ini berubah menjadi kelucuan dikarenakan kebanyakan dari kita jarang mencukupi porsi dari masing – masing bahan yang dibutuhkan oleh tubuh. Ada orang yang gemar memakan daging, lupa akan makanan sayur mayur, padahal itu suplay utama untuk serat, ada juga yang sering makan sayuran namun melupakan protein hewaninya. Sehingga fisik tidak lagi optimal sesuai dengan kemanfaatan utamanya.
Banyak juga mereka yang lebih memilih teh atau kopi setiap kali dibuatkan minuman, ketimbang susu atau malah sekedar air putih biasa. Hal ini tidak menjadikan pola makan yang seharusnya, menjadikan tubuh rentan untuk diserang oleh beragam penyakit. Terutama penyakit fisik.
Setting makanan dengan empat sehat lima sempurna menjadikan solusi dalam kebutuhan tubuh, sehingga aktivitas dapat dilakukan dengan energik dan selesai hingga tuntas.
KEBERKAHAN MAKANAN ADALAH UTAMA
Titik berurutan yang membentuk garis merupakan analogi antara empat sehat lima sempurna dengan keberkahan makanan yang menjadi prioritas bagi setiap orang yang masih butuh makan untuk menunjang kehidupannya. Mari ingat, seberapa sering terlupakan nilai keberkahan dari setiap suapan makanan yang dikunyah dan masuk kedalam perut kemudian disalurkan keseluruh tubuh.
Dimulai dari awal pengadaan makanan, asal dari bagaimana bisa terbeli dan atau cara tersaji di piring yang siap untuk disantap. Darimanakah diperoleh, mencuri, mengutil, mengambil hak orang lain, menggelapkan, dan perbuatan yang menghilangkan keberkahan bahkan berubah menjadi haram hukumnya makanan tersebut[2].
Bila memang dari cara yang baik serta halal, maka tinggal langkah berikutnya sehingga keberkahan dari makanan tersebut tetap terjaga, yaitu bagaimana kita memakannya, diawali dengan kesyukuran berucap basmallah dan menyudahi dengan hamdalah, atau bahkan lebih baik dengan tuntunan berdo’a sesuai yang telah diajarkan[3].
Sayangnya seringkali ending dari setiap makan adalah menyisakan makanan di piring atau alat makan lainnya, padahal bisa jadi yang terakhir itu adalah kunci dari keberkahan[4] dari makanan yang tersaji tersebut. Bisa diakumulasikan seberapa banyak nasi yang terbuang dalam satu bulan, bila setiap kali makan tersisa enam sampai dua belas butir. Dan sudah tentu ini adalah tanda dari berkurangnya keberkahan atau malah hilang keberkahan dari makanan yang disantap, dan itu sangat sayang sekali, hanya kenyang yang didapat tanpa keberkahan menyertainya.
Begitulah indahnya islam, makan pun diatur sedemikian rupa sehingga tidak lagi sekedar mengunyah dan mengunyah. Hanya memuaskan nafsu, mengenyangkan perut dan menjadikan sumber penyakit bukan keberkahan yang semakin mendekatkan diri kepada Alloh subhanahu wata’ala.
[1] QS Al Baqarah [2] ayat 7-8 – Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).
[2] QS Al Baqarah [2] ayat 168 – Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.
[4] Terjemahan hadist Shahih Muslim jilid I, II, III & IV [no.1954] – Dari Jabir r.a. katanya rasululloh saw. Bersabda: “Apabila suapanmu jatuh, ambillah kembali lalu buang bahagian yang kotor dan makanlah bahagian yang bersih. Jangan dibiarkan dia dimakan setan, dan jangan kamu sapu tanganmu dengan lap sebelum kamu kulum jarimu. Karena kamu tidak tahu makanan mana yang membawa berkah.”