jumat

NEO CAFETARIO

ROHMAT PROFILE

Suatu siang disaat ayahanda pulang dari Jakarta kemudian menyempatkan diri ke pasar terbesar di kampung, di Kroya yang letaknya berdampingan dengan stasiun kereta dan terminal kala itu, karena saat ini terminal telah dipindahkan, saya tersenyum, masa sih bapak – bapak bisa masak, karena mindset yang ada bahwa yang pintar memasak adalah seorang perempuan atau ibu – ibu.

Selidik punya selidik ternyata, kepandaian ibunda memasak berkat ajaran dari ayahanda, wuih hebat, dan siang itu ada menu istimewa dari ayahanda, soup brokoli yang dicampur dengan sayuran warna – warni, tidak lagi sekedar eye cathing, tapi memang rasanya sangat nikmat.

Ibunda yang masakannya begitu lezat ternyata hasil berguru dari sang ayah, dasyat. Dan ibunda pun memulai mneceritakan kelihaian ayahanda saat kami semua, anak – anaknya belum ada, karena memang ayah dan ibu belum menikah.
Anak ke tujuh dari tujuh bersaudara, tapi kedua kakak perempuanku telah kembali keharibaan Alloh subhanahu wata’ala sebelum kami dapat bertemu, saya hanya mendapatkan cerita tentang mereka berdua, mudah – mudahan kedua kakakku yang cantik selalu tersenyum di dalam taman surga.

Lahir di Jakarta, 17 Januari 1983 dilokasi cidodol Jakarta Selatan. Dibesarkan di Kroya, sampai dengan menyelesaikan pendidikan sekolah dasar, kemudian melanjutkan belajar di Jakarta hingga sekarang.

Saat melanjutkan sekolah, lulus dari sekolah dasar, saya harus ke Jakarta untuk menempuh perjalanan belajar, nah dari sinilah saya semakin dekat dengan ‘kehidupan’ dapur, karena mulai kelas dua saat itu, saya terus menerus keluar masuk dapur untuk membantu juru masak di dapur salahsatu catering, tidar catering, awal merintis, masa pembangunan yang saat ini telah menjadi besar.

Dari dapur inilah, yang tadinya hanya tuntutan untuk mencari tambahan uang jajan sampai dengan mengisi liburan setiap akhir pekan, bisa keluar masuk gedung resepsi, taman mini gratis dan semua tempat wisata, gedung pemerintahan, terkadang hotel dan tempat – tempat yang sering diadakan pesta dari indoor  sampai dengan outdoor.

Tumbuhlah rasa percaya diri bahwa saya bisa memasak, karena sangat menyenangkan dan penuh dengan petualangan, meski pernah memasak sangat asin rasanya, dan dicomplain. Seru, hampir empat tahun pergi keliling Jakarta dengan membawa pisau kemana – mana, karena itulah senjata saya, seorang helper juru masak.